Jumat, 29 Agustus 2008

(Bahasa) Banci

(Bahasa) Banci

Awalnya dari menyebutkan fagot (sorry kalo salah eja....). Dibutuhkan sebuah samaran untuk mugle-mugle didunia maya. Karena menyebutkan Gay, banci atau homo, sudah jamak diketahui. Seringnya kan, 'Kayanya dia 'gitu' yah....". Kesulitan, orang akan bertanya-tanya, gitu yang gimana?
.
Lalu, fagot.... sebuah istilah juga kasar dan akan ketahuan. Lantas... diplesetkan dikit, jadilah vegetarian.... hehehe hanya makan sayur... diplesetkan lagi maknannya... hanya makan cowok... Ternyata efektif. Semoga bisa menjadi sumbangan bagi bahasa banci yang berkembang sendiri sebagai bagian underground dari Bahasa Indonesia.
.
Sebelumnya, mengapa harus ada bahasa banci? Perkembangannya unik. Akhirnya bisa menjadi semacam trend yang bahkan diadopsi kaum hetero. Yang mempopulerkan biasanya selebriti. Artis atau pelawak. Mulanya berkembang diam-diam. Kalo dengar dua orang banci yang kerja di salon bercengkrama... bisa ngakak kalo gak biasa.
.
Isabela Kontraktor, kentit, kenti, titi dj... walah... rame bo....
.
Dan perkembangan ini konstan. Terus berlanjut sampe sekarang. Komunitasnya ada, pemakainya juga ada. Nambah terus malah. Dan, biasanya cakep-cakep. Hahahaha.
.
Menyebutkan orientasi sexual sangat sulit bila orientasi seksual tersebut masih dianggap aib di masyarakat. Apalagi ada kecenderungan akhir-akhir ini, orientasi sexual yang dimaksud dijadikan trend. Seringkali aku bingung menghadapi abg dibawah umur 20 yang mau dikerjai asal dibayar dengan hal atau harga tertentu. Kehidupan banci dijadikan komuditas. Tak hanya di Jakarta. Di Medan juga ternyata. Aih.... alangkah sedapnya... Hahahaha
.
Kasihan jadinya pada ABG yang sebenar-benarnya memang sudah bawaan orok orientasi sexualnya memang beda. Sering kali terjadi usaha untuk menghindari abg, hanya karena trauma tersebut. Rese, matre, kadang-kadang pake ngancem. Sebenarnya bukan didominasi ABG. Yang mature juga jamak seperti itu. Hanya yah,,,, biasanya kalau umur sudah semakin tinggi, selain keseksian semakin menonjol, cara berpikir juga makin dewasa. Ngapain juga bayar kalo bisa gratis, begitu mungkin kira-kira.
.
Dan teman-teman. Tentu saja dalam perangkap ke'beda'an seperti ini kita masih bisa berjalan normal, tanpa harus lenggang kangkung. Kita masih bisa bicara dengan intonasi wajar, tanpa harus melambai. Walau mungkin bawaan sebahagian orang, memang sudah seperti itu karakternya.
.
Tapi, baru aku baca di Tempo tadi pagi. SBY dan Jusuf Kalla serta beberapa calon gubernur ternyata menyewa semacam biro jasa untuk memperbaiki citra mereka agar menang dan dipilih. Jusuf, bahkan harus diganjal kursinya agar seimbang dengan SBY.
.
Ada lagi politikus yang suka menuding dengan jari di atas kepala. Dipermak dan diajari sedemikian mungkin untuk menurunkan telunjuknya ke bawah dada. Sehingga kesan menggurui agar tertekan. Dan lebih simpatik di mata publik.
.
Kalau tidak mau konsisten sih, yah ngomong yang paling parah. Susah merubah intonasi suara yang sudah terbina puluhan tahun agar direndahkan sedikit (tanpa falseto dan cengkok berlebihan) agar terdengar lebih laki-laki. Dan tahu gak? maaf bila itu bikin aku eneg. Walau untuk berteman it's ok banget.... gw berteman dengan orangnya, bkn suaranya. Karena temanku orang, bukan perkutut.
.
Dan, akhirnya sudah dekat. Tinggal 671 kata. Jadi, harus tancep gas aku nulis. Aku menulis lagi sekarang. Di bulletin FS. Makasih bagi yang sudahngasih tanggapan. Makasih juga buat yang memberikan inspirasi. Makasih bagi yang baca. Makasih bagi yang penasaran. Aku tidak bermaksud menggurui... lebih tertarik untuk menelanjangi... hehehehe....
.

Tidak ada komentar: