Rabu, 19 November 2008

PENGUIN KEKENYANGAN

PENGUIN KEKENYANGAN
YANG MULAI MEMIKAT

Pemberlakuan UU HaKI menaikkan pamor Linux, salah satu sistem operasi komputer yang dibuat dengan sistem open source. Fasilitasnya sudah menyamai Windows. Memang sedikit ribet, tapi bebas dari ancaman dituduh membajak.

Saat berbelanja perangkat komputer di Manggadua, Jakarta, seorang teman berbisik, "Sst ... tahu enggak. Toko itu pernah di-sue sama Microsoft karena menginstal Windows di komputer rakitan yang dijualnya. Nilainya 1 M (Rp 1 miliar - Red.). Kalau tak mau bayar, mau diperkarakan. Toko itu akhirnya membayar kontan. Sekarang, katanya sih sudah tidak mau melakukan lagi."

Melihat ramainya toko, saya maklum, uang 1 M bisa segera disediakan. Namun, kejadian itu membuat kita sadar, ternyata harga sebuah pembajakan itu mahal. Setelah selesainya draf UU HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual), makin terpinggirlah pembajakan.

Salah satu yang ikut terjamah oleh UU itu ialah sistem operasi (OS) komputer. Boleh jadi pengguna rumahan juga bisa dituntut oleh Microsoft.

Masalahnya, selain Windows, apa lagi yang bisa dipakai untuk "membuka" komputer? Beruntung, perangkat lunak dari Microsoft itu tidak sendiri. Ada alternatif yang layak dicoba, yaitu Linux.



Kebal virus
Sejatinya, ada banyak jenis OS, sebuah program yang menjembatani program aplikasi (macam MS Word untuk pengolah kata atau Photoshop untuk pengolah gambar) dengan peranti keras (komputer dan peralatan pendukung lainnya). Sistem operasi ini mengatur perintah-perintah dasar baca-tulis, cetak, dan sebagainya. Melalui OS, semua instruksi dari program aplikasi dapat dimengerti dan dijalankan oleh peranti keras.

Selain si Jendela Terbang Windows dan si Penguin Kekenyangan Linux, ada lagi AIX, SCO-Unix, dan Solaris, yang banyak dikonsumsi mereka yang berprofesi di bidang TI (teknologi informasi). Terutama pada skala middle-up kayak bank, perusahaan telekomunikasi, atau pabrik untuk mengolah transaksi yang besar atau nasabah yang banyak. Awam kayak kita mah tahunya Windows, dan Linux yang akhir-akhir ini banyak dibicarakan.

Minat orang untuk mengenal lebih dekat Linux juga tercermin dari dipenuhinya beberapa kelas kursus yang menyelenggarakan kurikulum soal Linux. Menurut Dina, dari PT Inixindo Perdana Rekayasa Komputer yang memiliki kurikulum Linux, animo masyarakat untuk belajar Linux meningkat sejak gong UU HAKI ditabuh.

Selain karena faktor UU HAKI, setidaknya ada dua alasan mengapa Linux menarik minat orang untuk meminangnya. Bahkan ada yang langsung menggusur si Jendela Terbang Windows itu.

Pertama, open source. Pengertiannya, program asli (source program) bisa didapatkan secara gratis, sehingga bisa dimiliki, diubah, atau dipelajari oleh siapa saja. Awalnya, peranti lunak open source berkembang karena mahalnya harga peranti lunak macam Microsoft license. Padahal kebutuhan akan alat bantu komputer makin tinggi. Kalau harga perangkat keras dan lunaknya sudah sama-sama tinggi, tentu memberatkan pengguna. Maka, istilah "public license" pun muncul, di mana siapa pun boleh memiliki atau mengubah peranti lunak itu.

Kedua, Linux tidak mudah diserang virus dan worm, yang menjadi masalah besar bagi pengguna komputer. Bagi yang komputernya pernah terjangkiti virus, pasti tahu bagaimana rasanya.

Ada beberapa sebab kenapa Linux lebih kebal terhadap virus: (a) Linux belum setenar Windows (sekitar 80% desktop menggunakan Windows): popularitas OS sangat mempengaruhi tingkat penyebaran dari virus atau worm; (b) Kerentanan dari Linux lebih sulit dieksploitasi ketimbang Windows, sehingga virus atau worm lebih susah dibuat dan menyebar; (c) Windows cenderung menonjolkan program yang memudahkan pengguna, sehingga penulisan programnya mengabaikan segi keamanan; (d) Makin banyak layanan atau modul yang dijalankan, OS makin rentan. Pada Windows banyak layanan yang diinstal tapi tak dijalankan. Sedangkan pada Linux pengguna diberi pilihan untuk tidak menginstal modul yang tidak diperlukan.

Selain itu, menurut Eko, teknisi di PT Inixindo, Linux lebih stabil. Jarang hang. Bisa dimaklumi karena Linux itu hasil cloning (penggandaan) dari UNIX yang digunakan pada server. Kita tahu bagaimana server bekerja: menangani banyak proses, banyak pengguna, ukuran data besar, dll.

Juga, tampilan Linux kini sudah enak dipandang berkat adanya graphic user interface (GUI). Perintah-perintahnya tidak lagi berbasis teks macam DOS dulu.



Bisa sendiri atau berdua
Pada awalnya Linux cukup merepotkan pengguna komputer. Terlebih mereka yang awam. Menghadapi Windows saja sudah geleng kepala, apalagi ini yang baru muncul. "Saya tak mau waktu dan pikiran terbuang mempelajari sistem komputer. Toh saya tidak ingin jadi ahli komputer," begitu kira-kira alasan mereka.

Bagi yang ingin menginstal sendiri, tidak ada salahnya. Bukankah itu bisa menambah wawasan? Hanya, dibandingkan dengan Windows, untuk menginstal Linux diperlukan kerja lebih keras. Sebab, kita harus menyiapkan lahan tempat menyimpan data, swap store, dll. Instalasi Linux juga membutuhkan definisi partisi untuk data, program, variabel, file sementara, dll. Windows pun mengatur hal demikian, tapi pengguna tidak diberi tahu. Anda tak perlu ragu karena Linux menyediakan pilihan "auto default" jika ingin tahu beres. Baru kalau ingin kinerjanya optimal, untuk server misalnya, pengaturan partisi menjadi penting.

Pada banyak orang, Windows masih susah diceraikan dari PC. Paling ditalak satu, lalu kita meminang Linux sebagai gacoan baru. Tak apalah. Jadi, ada dua OS dalam komputer kita. Pada kasus ini "kapling" dari cakram keras PC harus dibagi. Ibarat kompleks perumahan kita bisa bikin banyak tema di satu lokasi. Ada tema Windows, ada tema Linux. Masing-masing memiliki sistem operasi, program, dan data sendiri.

Pada Windows cukup dibuat satu kapling (drive C) yang berisi program sekaligus data. Namun, untuk keperluan organisasi file dan keamanan data bisa dibuat banyak kapling: program (drive C), data 1 (drive D), data 2 (drive E), dst.

Pada Linux minimal dibutuhkan dua kapling: root (/) dan swap. Root sebagai tempat menyimpan data dan OS, sedangkan swap untuk pemrosesan data yang disimpan pada root itu. Pada saat instalasi, pengguna diberi pilihan lebih banyak, yang bertujuan untuk mengorganisasi file, security, serta melokalisir masalah jika terjadi error. Error pada kapling atau partisi tertentu tidak mengganggu isi kapling atau partisi lain.

Saat instalasi, pengguna diminta memilih OS default. Misal Linux yang dipilih, saat PC dinyalakan, Linux boot manager akan memilih sistem operasi apa yang akan aktif. Karena default-nya Linux, yang aktif Linux. Pada suatu saat hanya satu OS yang bisa aktif dan bekerja pada suatu tema tertentu.

Namun, jika ingin lebih dari satu OS (misal Linux dan Windows jalan bareng dalam satu PC), perlu ditambah program "virtual machine". Program ini mampu meletakkan kapling suatu OS dalam kapling OS lain. Contoh program virtual machine yang tersebar di internet ialah plex86 (plex86.sourceforge.net) dan vm-ware (vmware.com). Perlu diingat, urutan instalasi adalah Windows, baru Linux. Mengapa begitu? Karena Windows akan mengambil seluruh boot sector saat instalasi.

Sekadar gambaran, jika PC Anda memiliki cakram keras berkapasitas 40 GB, bisa dibagi dua: 20 GB untuk MS Windows Server (dibuat dua partisi: 5 GB FAT32 untuk Windows 2000 Server OS dan aplikasi, sisanya untuk partisi data, aplikasi tambahan, dll.); 20 GB dialokasikan untuk Linux yang terbagi atas tiga partisi (swap 3 GB, boot ext2 100 MB, dan root ext3 16 GB).

Sudah komplet
Nah, kalau sudah mantap mau mencoba Linux, sekarang tinggal memilih "distro" mana yang Anda sukai. Distro yang kependekan dari distribusi adalah gabungan antara kernel Linux dan berbagai program dengan prosedur tertentu. Kernel sendiri adalah inti dari sistem operasi Linux yang menjembatani interaksi antara program-program (aplikasi) pada Linux dengan perangkat keras komputer.

Banyaknya distro karena Linux bersifat open source, sehingga banyak yang mengembangkan Linux berdasarkan kepentingannya. Anda bisa mengunduhnya dari internet. Namun, jika dirasa merepotkan (karena biasanya berukuran besar), ada beberapa yang mengemasnya dalam CD. Lebih praktis dan tidak mahal (3 CD Mandrake sekitar Rp 50.000,-). Kalaupun tidak mau beli tapi mau malu, pinjam saja CD teman atau kerabat yang punya dan instal di PC Anda tanpa takut dibayangi hantu pembajakan.

Dari banyaknya distro, yang populer di Indonesia yaitu Mandrake (linux-mandrake.com) dan Red Hat (redhat.com). Keduanya cocok untuk penggunaan desktop. Soal tampilan Mandrake lebih unggul. Saat tulisan ini dibuat, Mandrake sudah tersedia sampai versi 9.2, sedangkan RedHat versi 9.0.

Kalau sudah dipilih, langkah selanjutnya memilih desktop environment. Itu lo, tampilan komputer yang berisi ikon-ikon yang siap diklik. Yang populer sih KDE dan GNOME. Pilihlah yang sesuai dengan Anda. Namun, tak dilarang memilih yang lain, macam XCFE yang katanya lebih ringan. Survei yang dilakukan Majalah InfoLINUX menempatkan KDE sebagai desktop environment favorit.

Mungkin Anda bertanya, apa peranti lunak berbasis Linux sudah banyak? Wah, sekarang sih "kagak ade matinye", seperti kata si abang tukang ojek di ujung gang. Mau pengolah kata ada OpenOffice yang mirip MS Office, pengelana ada Mozilla, Konqueror, Netscape, pengelola surat serahkan ke Ximian, bahkan sampai ke pemrograman bahasa tinggi macam Delphi, Visual Basic, Pascal ada padanannya (Kylix, Gambas, Freepascal).

Untuk multimedia? Ada Xine untuk memutar VCD atau KsCD untuk mendengar alunan lagu dari CD. Bisa juga XMMS jika ko-leksi lagu Anda tersimpan dalam format MP3. Sementara bagi yang biasa "membakar" CD tersedia juga fasilitasnya.

Pokoknya komplet! Jadi, mengapa tidak dicoba? Selamat tinggal pembajak ....

Tidak ada komentar: